Tutupnya NET. Biro

Terlebih ketika isu NET TV banyak dibahas pada artikel daring. Pembahasan ini sungguh luas sehingga memungkinkan untuk tidak menjadi satu kali unggahan saja.

Ada banyak perusahaan televisi di Indonesia dan terserah mereka mau bikin karakter perusahaannya kayak gimana. Tapi ada hal terpenting yang mereka lupa, frekuensi adalah milik publik sehingga tidak seharusnya mereka menciptakan program acara seenaknya.


Sejak saya MTs. saya tidak tahu tentang NET. Saya baru tahu tentang NET. sekitar kelas 9 mau ke MA. Itu baru tahu tentang NET. Pertelevisian yang didirikan tahun 2013 ini, 6 tahun lalu ada yang terlalu banyak pelanggaran penyiaran setiap detiknya. Hingga tidak lama kemudian muncul satu-satunya perusahaan televisi swasta yang membuat saya sedikit tenang ketika menikmati tayangannya. Tidak sepenuhnya tenang ya. Karena tentu masih ada pelanggaran-pelanggaran dalam siaran NET TV.


Apakah kamu menemukan iklan obat nyamuk di sana? Tidak? Atau bagaimana kalau iklan sabun colek? Tidak juga? Ada banyak sekali iklan di televisi lain yang tidak akan kamu temui di NET TV. Itulah yang disebut dengan segmentasi.
Segmentasi membuat perusahaan memiliki kerucut pasar yang kian menyempit. Dalam berbisnis kita perlu menetapkan segmentasi agar kita mengerti karakter apa yang tepat dibangun dalam promosi, disinkronisasi dengan segala produk yang dipasarkan, dan tentu saja tahu di mana letak pasarnya. NET TV menciptakan segmennya dalam lingkaran kecil namun jelas lebih luas jika dibandingkan dengan segmen yang dibangun oleh TV One juga MetroTV. Tapi menjadi sangat sempit jika dibandingkan dengan SCTV, Indosiar, ANTV, RCTI, MNCTV, TransTV, Trans7, dan lain sebagainya. Rating program sekelompok televisi swasta yang terakhir memang ampun-ampunan. Selain menyiarkan sinetron dalam juga luar negri yang menyasar pada ibu rumah tangga dan lansia, ada juga FTV yang digandrungi para remaja sekolahan. Tapi apakah benar berkarya dalam dunia pertelevisian hanya untuk kepentingan rating saja? Tergantung siapa dulu yang akan menjawabnya.


Apakah hanya NET TV satu-satunya televisi swasta yang sedang dalam posisi genting (sempit)? Tentu tidak, ada televisi-televisi swasta lain yang merasakan hantaman gelombang integrasi. Bahkan ada salah satu perusahaaan televisi swasta yang gaji para direksinya ditahan untuk memenuhi gaji seluruh karyawan. Jangan berpikiran bahwa hanya NET TV yang sedang berusaha bertahan ya. Ada beberapa hanya saja tidak terekspos makanya kamu tidak mendengar beritanya.


Di awal tahun 2019 ini NET TV mulai mengatur ulang strategi. Sebut saja Mei, NET Biro Jawa Timur umumkan pamitnya. Disusul NET Biro Jawa Tengah pada Juli. Akun instagram NET Biro Bali sudah tidak aktif akhir Agustus. Dan akhirnya NET Biro Yogya dan NET Biro Jawa Barat tutup (saya lupa kapan tutupnya, kayaknya bulan September-Oktober lah) habisnya kontrak lokasi kantor.


Kamu pasti sempat mendengar bahwa ada PHK besar-besaran kepada para karyawan NET dua tahun lalu juga baru-baru ini. Bahkan tadinya setiap kantor biro NET TV memiliki belasan kru hingga muncul peraturan bahwa seriap biro hanya memiliki enam kru saja. Kalau di NET Biro Jawa Tengah strukturnya satu orang sebagai Kepala Biro, beliau mengurusi naskah program juga pengisi suara. Satu junior produser merangkap kameramen, pengisi suara, juga kadang-kadang presenter. Satu sebagai reporter, bendahara sekaligus administrasi, pengisi suara juga kameramen. Satu sebagai kameramen, yang merangkap pengisi suara juga presenter. Terakhir, satu orang editor yang merangkap sebagai presenter. Satu orang teknisi yang merangkap editor. Mau tidak mau setiap perusahaan memang lebih memilih orang-orang yang memiliki banyak kebisaan.

Apakah NET TV bangkrut? Entahlah, yang jelas mereka sedang berusaha memotong biaya operasional untuk mengembalikan kestabilan banyak aspek dan ini hal yang wajar dilakukan semua perusahaan ketika dalam masa-masa tertentu.
Ada banyak kesulitan dalam menyeimbangkan antara kualitas dan kuantitas. Butuh energi ekstra. Bahkan terkadang dalam keadaan terhimpit kita harus memilih satu di antaranya. Ya, antara harus menjaga kualitas atau memilih aman pada kuantitas. NET TV menjunjung idealisme tinggi di setiap karyanya meski akhirnya mereka harus mengalahkan kuantitas. Tapi ngomong-ngomong kualitas acara NET TV belakangan ini sedikit menurun sih dilihat dari program-program (banyak kartun dan acara Rerun) diputar ulang oleh NET TV. Tentu dengan harga yang lebih murah dari pada mereka harus menyediakan biaya operasional untuk membuat program acara baru. Meskipun banyak pemirsa setia NET TV yang sebenarnya bisa dibilang tidak setia-setia amat menjadi merasa kehilangan program-program yang menurut mereka baik. Bagaimana tidak, NET TV menyasar segmen pasar di usia-usia produktif, menyukai inovasi, kritis, dan estetik. 

Para pemirsa NET TV yang mengaku cinta mati itu memangnya bisa menghabiskan berapa jam dalam sehari untuk menonton NET TV di televisi? Bisa jadi tidak pernah atau bahkan memang sebentar sekali. Para pemirsa target pasar NET TV kebanyakan tidak memiliki waktu untuk menonton televisi karena mereka sedang sibuk memperjuangkan cita-cita dari pagi hingga malam, mereka sedang sibuk memperjuangkan keadilan dari pagi hingga malam, mereka sedang menuntut ilmu dari pagi hingga malam, mereka sedang sibuk mengikuti kompetisi bahkan konferensi nasional bahkan internasional dari pagi hingga malam. Mereka sedang sibuk mengharumkan nama bangsa dari pagi hingga malam. Benar kan?


Masih tentang program televisi, sejak kelas 9 saya mulai disiplin mengenai program-program acara apa saja yang perlu atau tidak perlu ditonton sama sekali. Semestinya kamu pasti juga tahu unsur-unsur buruk yang ada di program televisi. Sebut saja kekerasan, pelecehan dalam guyonan, dan lain sebagainya. Jika ada waktu atau meskipun saya sedang di rumah namun banyak kerjaan saya selalu menyetel NET TV dan membiarkan televisi menyala tanpa pemirsa. Atau meskipun sebenarnya secara pribadi saya tidak begitu suka acaranya namun saya tahu bahwa acara ini  perlu didukung, contoh mengangkat kaum marjinal, mengangkat kebenaran, atau dari segi pengambilan gambar yang sangat estetik, jelas harus didukung dengan meningkatkan rating tontonnya. Terlebih jika saya sedang tidak tahu mau nonton siaran televisi yang mana dengan mudahnya saya langsung memutuskan mencari NET TV meskipun saat itu program acara kartun yang diputar dan acara Rerun. Mau bagaimana juga ujung dari segala nyawa program acara adalah rating dan ujung dari segala pendapatan televisi adalah program acara. Jadi mulai sekarang, silakan tinggalkan acara televisi-televisi yang menurutmu tidak baik ya. Jangan dukung mereka dengan mendapatkan lebih banyak rating karena kamu ikut serta menonton tayangan bermutu rendah.
Iya sih terserah setiap televisi mau mencitrakan dirinya dengan cara menciptakan program yang bagaimana. Tapi frekuensi milik publik jadi mari bantu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), kita kawal kesehatan siaran televisi negara kita. Laporkan siaran-siaran yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) karena terhadap televisi, sudah waktunya untuk kita tidak diam saja. Pun ketika NET TV melakukannya.
***

Pembahasan program acara belum selesai, masih ada juga bahasan kru NET TV yang ternyata mereka menggunakan sistem rapot untuk nilai kerjanya. 

Sampai ketemu lagi. Jangan lupa follow Instagram @info_nettv untuk mendapatkan informasi seputar NET.